menu

Scriptnya panjang sob

Sabtu, 24 November 2012

. SALMAN AL-FARIS R.A

. SALMAN AL-FARIS R.A
Kelahiran dan pertumbuhannya:
Salman Al-Farisi r.a. lahir di suatu desa bernama Jiyan di wilayah kota Aspahan - Iran, yaitu antara kota Teheran dengan Syiraz. Setelah Salman r.a. mendengar kebangkitan Rasulullah saw. dia langsung berangkat meninggalkan Persia mencari Nabi saw. untuk menyatakan keislamannya.
Dalam suatu kisah, Salman menceritakan otobiografinya sbb. 'Saya adalah anak muda Persia yang berasal dari suatu desa di kota Aspahan yang bernama Jiyan.
Ayah saya adalah kepala desa dan orang terkaya serta terhormat di desa itu. Dari sejak lahir, saya adalah orang yang paling disayanginya, kasih sayangnya kepada saya semakin hari semakin kental, sehingga saya di kurung di rumah bagaikan gadis pingitan.
Saya termasuk orang yang takwa dalam agama majusi, sehingga saya merasakan nilai api yang kami sembah itu dan saya diberi tanggungjawab menyalakannya, jangan sampai padam sepanjang hari dan sepanjang malam.
Ayah saya mempunyai ladang yang luas yang memberi kami penghidupan yang cukup. Ayah saya selalu mengurusi dan memanennya sendiri.
Di suatu hari, dia tidak bisa pergi ke ladang, lalu dia mengatakan kepada saya, 'Anakku! Ayah sibuk dan tidak bisa pergi ke ladang hari ini, sebab itu pergilah urusi ladang tersebut menggantikan Ayah.' Lalu saya berangkat menuju ladang kami.
Di tengah perjalanan, saya melewati sebuah gereja Kristen dan mendengar suara mereka yang sedang beribadah di dalam. Hal itu menarik perhatian saya karena saya tidak pernah tahu sedikitpun tentang agama Kristen dan agama lainnya, karena sepanjang usia saya selalu dipingit di dalam rumah oleh orang tua saya. Setelah mendengar suara itu, saya masuk ingin mengetahui secara dekat apa yang sedang mereka lakukan.
Setelah saya memperhatiakan apa yang mereka kerjakan, saya merasa tertarik dengan cara mereka beribadah, malah saya tertarik dengan agama mereka. Saya mengatakan dalam hati saya, 'Sungguh agama mereka ini lebih baik dari agama kami.'
Saya tidak keluar dari gereja tersebut sampai matahari terbenam sehingga saya tidak jadi pergi ke ladang kami. Saya menayakan kepada mereka, 'Dari mana asal agama ini?' Mereka menjawab, 'Dari daerah Syam.'
Setelah malam menjelang, saya pulang ke rumah. Ayah saya langsung menanyakan kepada saya apa yang telah saya lakukan. Saya menjawab, 'Hai Ayahku! Saya melewati sekelompok orang yang sedang beribadah di dalam gereja, lalu saya tertarik dengan cara mereka beribadah. Saya berada bersama mereka sampai matahari terbenam.' Ayah saya langsung marah mendengar tindakan saya dan dia mengatakan,
'Hai anakku! Agama mereka itu tidak baik, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik dari agama itu.'
Saya menjawab, 'Tidak ayah! Agama mereka lebih baik dari agama kita.' Dari perkataan saya itu, syah saya takut kalau-kalau saya akan murtad, lalu dia mengurung saya di rumah dengan mengekang kaki saya.'
Berangkat ke negeri Syam:
Ketika saya mendapat kesempatan, saya mengirim pesan kepada kaum Kristen itu. Saya mengatakan,'Bila ada rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam, tolong saya diberi tahu.' Ternyata tidak berapa lama ada satu rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam.
Mereka pun langsung memberitahukannya kepada saya. Saya berusaha membuka kekang kaki saya dan saya berhasil membukanya. Saya berangkat bersama mereka secara sembunyi dan akhirnya kami sampai di negeri Syam. Setibanya di negeri Syam, saya mengatakan, 'Siapa orang nomor satu dalam agama ini?' Mereka menjawab, 'Uskup pengasuh gereja.'
Saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Saya tertarik dengan agama Kristen ini dan saya ingin mengikuti dan membantumu sekaligus belajar dari kamu dan beribadah bersama kamu.' Dia menjawab, 'Silakan masuk!' Saya pun masuk dan menjadi pembantunya.
Belum berlangsung lama, saya menilai bahwa orang tersebut adalah orang jahat, dia menyuruh pengikutnya untuk berderma dan mengiming-imingi mereka dengan pahala yang sangat besar. Setelah mereka memberikannya dengan niat fi sabilillah, ternyata dia monopoli untuk dirinya sendiri, tidak diberikan kepada fakir miskin sedikitpun. Dia berhasil mengumpulkan sebanyak tujuh karung emas. Melihat keadaan itu, saya menaruh kebencian yang luar biasa terhadapnya.
Ketika dia meninggal, kaum Kristen berkumpul untuk menguburkannya, ketika itu saya mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya teman kamu ini adalah orang jahat, dia menyuruh kamu bersedekah dan mengiming-imingkan pahala besar, setelah kalian kumpulkan, dia monopoli untuk dirinya sendiri, dia tidak berikan sedikitpun kepada fakir miskin.' Mereka menjawab, 'Dari mana kamu tahu?' Saya menjawab, 'Mari saya tunjukkan kepada kamu sekarang juga tempat penyimpanan harta itu' Mereka mengatakan, 'Ayo tunjukkan kepada kami tempatnya.'
Saya pun menunjukkannya dan mereka menemukan tujuh karung emas dan perak. Setelah mereka melihat secara langsung, mereka mengatakan, 'Demi Allah kita tidak akan menguburkannya, kita harus menyalib dan melemparinya dengan batu.'
Tidak lama kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya, lalu saya mengikutinya. Sungguh saya belum pernah mendapatkan orang yang paling zuhud dan mengharap akhirat melebihi orang itu. Ibadahnya yang berlangsung siang malam membuat saya mnyenanginya, lalu saya hidup bersama dia beberapa tahun. Ketika menjelang wafatnya, saya mengatakan kepadanya, 'Ya Polan!  Kepada siapa engkau pesankan saya dan dengan siapa saya akan hidup sepeninggal kamu?'
Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat keagamaannya seperti kita, kecuali satu orang di kota Musol yang bernama Polan. Dia tidak merubah-rubah dan mengganti-ganti ayat Allah. Oleh sebab itu carilah orang itu.'
Sepeninggal teman saya itu, saya pergi menyusul orang tersebut ke kota Musol. Setibanya di rumah beliau saya menceritakan kisah saya dan mengatakan kepadanya, 'Ketika si Polan hendak meninggal dunia dia memesankan kepada saya untuk menyusul kamu, dia memberitahukan kepada saya bahwa kamu berpegang kuat dengan kebenaran. Dia mengatakan kepada saya, kalau begitu, tinggallah bersama saya. Saya pun tinggal bersama beliau, dan memang betul dia adalah orang baik.
Tidak lama kemudian, diapun menemui ajalnya. Ketika hendak meninggal saya bertanya kepadanya, 'Ya Polan! Janji Tuhan sudah dekat kepada Anda, Anda tahu kondisi saya sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa Anda memesankan saya dan siapa yang harus saya ikuti?'
Dia menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat keagamaannya seperti kita kecuali seorang di Nasibin yang bernama Polan, susullah dia ke sana' Setelah orang itu bersemayam di liang lahad, saya berangkat ke Nasibin mencari orang yang disebutkan itu. Saya menceritakan kepadanya kisah saya dan pesan teman saya sebelumnya. Dia mengatakan, 'Tinggallah bersama saya.'
Saya pun tinggal bersama dia dan ternyata memang dia adalah orang baik seperti dua orang teman saya sebelumnya. Akan tetapi tidak lama kemudian dia pun menemui ajalnya. Ketika menjelang maut, saya bertanya kepadanya, 'Engkau telah mengetahui kondisi saya sebenarnya. Oleh sebab itu kepada siapa engkau memesankan saya?'
Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak menemukan ada orang yang tingkat keagamaannya seperti kita kecuali seorang di kota Amuriah yang bernama Polan, carilah orang itu.' Saya pun mencarinya dan saya menceritakan kisah saya kepadanya. Dia menjawab, 'Tinggallah bersama saya.' Saya pun tinggal bersama dia. Ternyata memang dia orang baik seperti yang dikatakan orang sebelumnya. Selama saya tinggal bersama dia saya berhasil mendapatkan beberapa ekor sapi dan harta kekayaan lainnya.
Pendeta Kristen memesan Salman mengikuti Nabi:
Kemudian orang tersebut pun menemui ajalnya seperti yang sebelumnya. Ketika menjelang kematiannya, saya mengatakan kepadanya, 'Anda mengetahui kondisi saya sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa engkau akan pesankan saya atau apa pesan Anda untuk saya lakukan?'
Dia menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak menemukan seorang-pun di muka bumi ini yang masih berpegang dengan agama kita, namun waktunya sudah tiba, seorang nabi yang akan membawa agama Nabi Ibrahim akan muncul di tanah Arab, dia akan hijrah dari tanah tumpah darahnya ke daerah yang penuh dengan pohon kurma di antara dua gunung, dia mempunyai tanda kenabian yang sangat jelas, dia mau memakan hadiah tapi tidak mau memakan sedekah, di antara bahunya terdapat cap kenabian. Jika Anda bisa menyusul ke negeri itu, silakan.' Tidak lama kemudian dia pun meninggal dunia, saya pun tinggal di kota Amuriah untuk beberapa waktu.
Datang ke jazirah Arabia:
Ketika rombongan pedagang dari Suku Kalb -Arab- lintas di Amuriah, saya berkata kepada mereka, 'Jika kalian sanggup membawa saya ke tanah Arab, saya berikan kepada kalian sapi dan harta kekayaan saya ini.' Mereka menjawab, 'Ya, kami sanggup membawa kamu.' Saya pun memberikan sapidan kekayaan saya tersebut kepada mereka dan mereka pun membawa saya.
Ketika saya sampai di Wadil qura, mereka menipu saya dan menjual saya kepada kepada seorang yahudi dan memperlakukan saya sebagai hambanya. Suatu ketika, saudaranya dari suku Quraizah datang menemuinya, lalu dia membeli dan membawa saya pergi ke Yasrib (Madinah). Di sana saya melihat pohon kurma yang disebut oleh teman saya yang di Amuria, dari diskripsi yang disampaikan teman saya itu, saya tahu persis bahwa inilah kota yang dimaksudkan itu. Saya pun tinggal brsama tuan saya di kota itu.
Ketika itu Nabi saw. sudah mulai mengajak kaumnya di Mekah untuk masuk Islam, namun saya tidak mendengar apa-apa dari kegiatan Nabi itu karena kesibukan saya sehari-hari sebagai budak.
Memeluk Islam:
Tidak berapa lama, Rasulullah saw. pun hijrah ke Yasrib. Demi Allah ketika saya berada di atas sebatang pohon kurma milik tuan saya, sedang memberesi kurma itu, sedangkan tuan saya duduk dibawah, seorang saudaranya datang dan mengatakan kepadanya, 'Celaka besar atas bani Qilah, mereka sekarang sedang berkumpul di Kuba, menunggu seorang yang mengklaim dirinya sebagai seorang nabi akan datang hari ini.'
Setelah saya mendengar pembicaraan mereka itu, saya langsung merinding kayak demam, saya gemetar, sehingga saya khawatir akan jatuh ke tuan saya. Saya segera turun dari pohon kurma tersebut lalu mengatakan kepada tamu itu, 'Apa tadi yang Anda katakan? Tolong ulangi katakan kepada saya!' Tuan saya langsung marah dan memukul saya sekuat-kuatnya lalu mengatakan,
'Urusan apa kamu dengan berita itu? Kembali teruskan pekerjaanmu!'
Di sore harinya, saya mengambil sedikit kurma yang telah saya kumpulkan sebelumnya, lalu saya berangkat ke tempat Nabi tinggal. Ketika itu saya mengatakan kepada Rasulullah, 'Saya mendengar bahwa Anda adalah orang saleh, datang bersama teman-teman dari kejauhan memerlukan sesuatu. Di tangan saya ada sedikit sedekah, nampaknya kamu lebih pantas menerimanya.'
Lalu saya dekatkan kurma itu kepada mereka. Rasulullah saw. mengatakan kepada para Sahabat, 'Makanlah' sedangkan dia sendiri tidak memakannya. Saya mengatakan dalam hati saya, 'Ini dia satu tanda kenabiannya.'
Kemudian saya kembali ke rumah dan mengambil beberapa buah kurma, ketika Nabi saw. berangkat dari Quba ke Madinah, saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Tampaknya Anda tidak memakan sedekah, ini ada sedikit hadiah saya bawa sebagai penghormatan kepada Anda.'
Rasululullah pun memakannya dan menyuruh sahabat untuk ikut memakannya, lalu mereka makan bersama-sama.
Dalam hati saya berkata, 'Ini dia tanda kenabian kedua'
Ketika Nabi berada di Baqi Gargad, ingin menguburkan seorang sahabat, saya mendatangi beliau dan melihat beliau sedang duduk memakai dua selendang. Saya mengucapkan salam kepadanya, kemudian saya berjalan berputar sekeliling beliau untuk melihat punggungnya, barang kali saja saya dapat melihat cap seperti yang dikatakan oleh teman saya di Amuriah. Setelah Nabi melihat bahwa saya memperhatikan punggung beliau, dia mengerti tujuan saya, lalu dia mengangkat selendangnya, ketika itu saya melihat ada cap, lalu saya yakin bahwa itulah cap kenabian, lalu saya memeluk dan mencium beliau sambil menangis.
Melihat hal itu Rasulullah saw. bertanya, 'Apa gerangan yang terjadi pada kamu?' Saya pun menceritakan kisah saya dan beliau sangat kagum dan beliau menginginkan agar saya perdengarkan kepada para sabahat, lalu saya memperdengarkannya. Mereka semua kagum dan gembira yang tiada taranya.
Salman masuk Islam dan dimerdekakan, seterusnya menjadi seorang sahabat yang sangat mulia. Dia sempat menjabat gubernur di zaman khulafaur Rasyidun di beberapa negeri. Mudah-mudahan Allah meridai beliau.
Biografinya:
Dalam satu riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah meletakkan tangannya di atas Salman, lalu bersabda, 'Seandainya iman berada nun jauh di planet Tata surya, pasti akan dicapai oleh orang-orang mereka ini.' sambil beliau menunjuk kepada Salman r.a.
Cerita Motivasi Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini Cerita Motivasi 1. Inti Semua Kebijaksanaan Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.” Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid. “Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah. Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku. Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya. Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.” 2. Janganlah Memaksa Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa. “Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan mencoba mengajarimu.” Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak. “Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.” 3. Melawan Diri Sendiri Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menambat diri di tempat start. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda. Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri. Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain. Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri. 4. Kepercayaan Diri Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai? Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas. Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran dan kehalusan budi anda. 5. Kitalah yang menciptakan masalah Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di Jakarta. Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri seolah disibukkan urusan kantor. ‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong istrimu di rumah.” Ia menyarankan. Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya. Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus kehambaran rumah tangganya. Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati. Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi menerima pengakuan dosa” itu. Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain melahirkan kebohongan demi kebohongan. Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini. Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.” Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa “takdir”tersendiri. Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat kebenaran dari satu sisi saja.” Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak. Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan pilihan. 6. Kelenturan Sikap Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh benar. Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar. Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat, atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap. Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka anda menemukan separuh benar yang lain. Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Cerita Motivasi Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini Cerita Motivasi 1. Inti Semua Kebijaksanaan Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.” Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid. “Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah. Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku. Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya. Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.” 2. Janganlah Memaksa Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa. “Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan mencoba mengajarimu.” Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak. “Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.” 3. Melawan Diri Sendiri Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menambat diri di tempat start. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda. Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri. Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain. Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri. 4. Kepercayaan Diri Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai? Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas. Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran dan kehalusan budi anda. 5. Kitalah yang menciptakan masalah Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di Jakarta. Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri seolah disibukkan urusan kantor. ‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong istrimu di rumah.” Ia menyarankan. Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya. Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus kehambaran rumah tangganya. Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati. Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi menerima pengakuan dosa” itu. Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain melahirkan kebohongan demi kebohongan. Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini. Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.” Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa “takdir”tersendiri. Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat kebenaran dari satu sisi saja.” Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak. Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan pilihan. 6. Kelenturan Sikap Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh benar. Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar. Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat, atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap. Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka anda menemukan separuh benar yang lain. semoga bermanfaat cerita motivasi ini Mampir Kesini, Cara Membuat Blog - kata mutiara - cerita lucu- zodiak - contoh surat lamaran kerja Anda baru saja membaca artikel yang berkategori cerpen dengan judul Cerita Motivasi Penyemangat Hidup. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html. Terima kasih! Description: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Rating: 4.5 Reviewer: Cak Nun - ItemReviewed: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Category Article cerpen Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Cerita Motivasi Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini Cerita Motivasi 1. Inti Semua Kebijaksanaan Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.” Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid. “Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah. Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku. Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya. Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.” 2. Janganlah Memaksa Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa. “Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan mencoba mengajarimu.” Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak. “Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.” 3. Melawan Diri Sendiri Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menambat diri di tempat start. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda. Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri. Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain. Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri. 4. Kepercayaan Diri Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai? Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas. Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran dan kehalusan budi anda. 5. Kitalah yang menciptakan masalah Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di Jakarta. Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri seolah disibukkan urusan kantor. ‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong istrimu di rumah.” Ia menyarankan. Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya. Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus kehambaran rumah tangganya. Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati. Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi menerima pengakuan dosa” itu. Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain melahirkan kebohongan demi kebohongan. Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini. Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.” Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa “takdir”tersendiri. Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat kebenaran dari satu sisi saja.” Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak. Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan pilihan. 6. Kelenturan Sikap Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh benar. Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar. Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat, atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap. Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka anda menemukan separuh benar yang lain. semoga bermanfaat cerita motivasi ini Mampir Kesini, Cara Membuat Blog - kata mutiara - cerita lucu- zodiak - contoh surat lamaran kerja Anda baru saja membaca artikel yang berkategori cerpen dengan judul Cerita Motivasi Penyemangat Hidup. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html. Terima kasih! Description: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Rating: 4.5 Reviewer: Cak Nun - ItemReviewed: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Category Article cerpen Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Cerita Motivasi Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini Cerita Motivasi 1. Inti Semua Kebijaksanaan Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.” Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid. “Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah. Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku. Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya. Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.” 2. Janganlah Memaksa Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa. “Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan mencoba mengajarimu.” Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak. “Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.” 3. Melawan Diri Sendiri Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menambat diri di tempat start. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda. Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri. Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain. Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri. 4. Kepercayaan Diri Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai? Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas. Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran dan kehalusan budi anda. 5. Kitalah yang menciptakan masalah Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di Jakarta. Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri seolah disibukkan urusan kantor. ‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong istrimu di rumah.” Ia menyarankan. Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya. Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus kehambaran rumah tangganya. Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati. Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi menerima pengakuan dosa” itu. Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain melahirkan kebohongan demi kebohongan. Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini. Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.” Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa “takdir”tersendiri. Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat kebenaran dari satu sisi saja.” Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak. Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan pilihan. 6. Kelenturan Sikap Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh benar. Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar. Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat, atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap. Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka anda menemukan separuh benar yang lain. semoga bermanfaat cerita motivasi ini Mampir Kesini, Cara Membuat Blog - kata mutiara - cerita lucu- zodiak - contoh surat lamaran kerja Anda baru saja membaca artikel yang berkategori cerpen dengan judul Cerita Motivasi Penyemangat Hidup. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html. Terima kasih! Description: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Rating: 4.5 Reviewer: Cak Nun - ItemReviewed: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Category Article cerpen Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar