. SALMAN AL-FARIS R.A
Kelahiran
dan pertumbuhannya:
Salman
Al-Farisi r.a. lahir di suatu desa bernama Jiyan di wilayah kota Aspahan -
Iran, yaitu antara kota Teheran dengan Syiraz. Setelah Salman r.a. mendengar
kebangkitan Rasulullah saw. dia langsung berangkat meninggalkan Persia mencari
Nabi saw. untuk menyatakan keislamannya.
Dalam suatu
kisah, Salman menceritakan otobiografinya sbb. 'Saya adalah anak muda Persia
yang berasal dari suatu desa di kota Aspahan yang bernama Jiyan.
Ayah saya
adalah kepala desa dan orang terkaya serta terhormat di desa itu. Dari sejak
lahir, saya adalah orang yang paling disayanginya, kasih sayangnya kepada saya
semakin hari semakin kental, sehingga saya di kurung di rumah bagaikan gadis
pingitan.
Saya
termasuk orang yang takwa dalam agama majusi, sehingga saya merasakan nilai api
yang kami sembah itu dan saya diberi tanggungjawab menyalakannya, jangan sampai
padam sepanjang hari dan sepanjang malam.
Ayah saya
mempunyai ladang yang luas yang memberi kami penghidupan yang cukup. Ayah saya
selalu mengurusi dan memanennya sendiri.
Di suatu
hari, dia tidak bisa pergi ke ladang, lalu dia mengatakan kepada saya, 'Anakku!
Ayah sibuk dan tidak bisa pergi ke ladang hari ini, sebab itu pergilah urusi
ladang tersebut menggantikan Ayah.' Lalu saya berangkat menuju ladang kami.
Di tengah
perjalanan, saya melewati sebuah gereja Kristen dan mendengar suara mereka yang
sedang beribadah di dalam. Hal itu menarik perhatian saya karena saya tidak
pernah tahu sedikitpun tentang agama Kristen dan agama lainnya, karena
sepanjang usia saya selalu dipingit di dalam rumah oleh orang tua saya. Setelah
mendengar suara itu, saya masuk ingin mengetahui secara dekat apa yang sedang
mereka lakukan.
Setelah saya
memperhatiakan apa yang mereka kerjakan, saya merasa tertarik dengan cara
mereka beribadah, malah saya tertarik dengan agama mereka. Saya mengatakan
dalam hati saya, 'Sungguh agama mereka ini lebih baik dari agama kami.'
Saya tidak
keluar dari gereja tersebut sampai matahari terbenam sehingga saya tidak jadi
pergi ke ladang kami. Saya menayakan kepada mereka, 'Dari mana asal agama ini?'
Mereka menjawab, 'Dari daerah Syam.'
Setelah
malam menjelang, saya pulang ke rumah. Ayah saya langsung menanyakan kepada
saya apa yang telah saya lakukan. Saya menjawab, 'Hai Ayahku! Saya melewati
sekelompok orang yang sedang beribadah di dalam gereja, lalu saya tertarik
dengan cara mereka beribadah. Saya berada bersama mereka sampai matahari
terbenam.' Ayah saya langsung marah mendengar tindakan saya dan dia mengatakan,
'Hai anakku!
Agama mereka itu tidak baik, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik dari
agama itu.'
Saya
menjawab, 'Tidak ayah! Agama mereka lebih baik dari agama kita.' Dari perkataan
saya itu, syah saya takut kalau-kalau saya akan murtad, lalu dia mengurung saya
di rumah dengan mengekang kaki saya.'
Berangkat ke negeri Syam:
Ketika saya
mendapat kesempatan, saya mengirim pesan kepada kaum Kristen itu. Saya
mengatakan,'Bila ada rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam, tolong saya
diberi tahu.' Ternyata tidak berapa lama ada satu rombongan yang akan berangkat
ke negeri Syam.
Mereka pun
langsung memberitahukannya kepada saya. Saya berusaha membuka kekang kaki saya
dan saya berhasil membukanya. Saya berangkat bersama mereka secara sembunyi dan
akhirnya kami sampai di negeri Syam. Setibanya di negeri Syam, saya mengatakan,
'Siapa orang nomor satu dalam agama ini?' Mereka menjawab, 'Uskup pengasuh
gereja.'
Saya
mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Saya tertarik dengan agama Kristen ini
dan saya ingin mengikuti dan membantumu sekaligus belajar dari kamu dan
beribadah bersama kamu.' Dia menjawab, 'Silakan masuk!' Saya pun masuk dan
menjadi pembantunya.
Belum
berlangsung lama, saya menilai bahwa orang tersebut adalah orang jahat, dia
menyuruh pengikutnya untuk berderma dan mengiming-imingi mereka dengan pahala
yang sangat besar. Setelah mereka memberikannya dengan niat fi sabilillah,
ternyata dia monopoli untuk dirinya sendiri, tidak diberikan kepada fakir
miskin sedikitpun. Dia berhasil mengumpulkan sebanyak tujuh karung emas. Melihat
keadaan itu, saya menaruh kebencian yang luar biasa terhadapnya.
Ketika dia
meninggal, kaum Kristen berkumpul untuk menguburkannya, ketika itu saya
mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya teman kamu ini adalah orang jahat, dia
menyuruh kamu bersedekah dan mengiming-imingkan pahala besar, setelah kalian
kumpulkan, dia monopoli untuk dirinya sendiri, dia tidak berikan sedikitpun
kepada fakir miskin.' Mereka menjawab, 'Dari mana kamu tahu?' Saya menjawab,
'Mari saya tunjukkan kepada kamu sekarang juga tempat penyimpanan harta itu'
Mereka mengatakan, 'Ayo tunjukkan kepada kami tempatnya.'
Saya pun
menunjukkannya dan mereka menemukan tujuh karung emas dan perak. Setelah mereka
melihat secara langsung, mereka mengatakan, 'Demi Allah kita tidak akan
menguburkannya, kita harus menyalib dan melemparinya dengan batu.'
Tidak lama
kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya, lalu saya
mengikutinya. Sungguh saya belum pernah mendapatkan orang yang paling zuhud dan
mengharap akhirat melebihi orang itu. Ibadahnya yang berlangsung siang malam
membuat saya mnyenanginya, lalu saya hidup bersama dia beberapa tahun. Ketika
menjelang wafatnya, saya mengatakan kepadanya, 'Ya Polan! Kepada siapa engkau pesankan saya dan dengan
siapa saya akan hidup sepeninggal kamu?'
Dia
menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita, kecuali satu orang di kota Musol yang bernama Polan.
Dia tidak merubah-rubah dan mengganti-ganti ayat Allah. Oleh sebab itu carilah
orang itu.'
Sepeninggal
teman saya itu, saya pergi menyusul orang tersebut ke kota Musol. Setibanya di
rumah beliau saya menceritakan kisah saya dan mengatakan kepadanya, 'Ketika si
Polan hendak meninggal dunia dia memesankan kepada saya untuk menyusul kamu,
dia memberitahukan kepada saya bahwa kamu berpegang kuat dengan kebenaran. Dia
mengatakan kepada saya, kalau begitu, tinggallah bersama saya. Saya pun tinggal
bersama beliau, dan memang betul dia adalah orang baik.
Tidak lama
kemudian, diapun menemui ajalnya. Ketika hendak meninggal saya bertanya
kepadanya, 'Ya Polan! Janji Tuhan sudah dekat kepada Anda, Anda tahu kondisi
saya sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa Anda memesankan saya dan siapa
yang harus saya ikuti?'
Dia
menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita kecuali seorang di Nasibin yang bernama Polan,
susullah dia ke sana' Setelah orang itu bersemayam di liang lahad, saya
berangkat ke Nasibin mencari orang yang disebutkan itu. Saya menceritakan
kepadanya kisah saya dan pesan teman saya sebelumnya. Dia mengatakan, 'Tinggallah
bersama saya.'
Saya pun
tinggal bersama dia dan ternyata memang dia adalah orang baik seperti dua orang
teman saya sebelumnya. Akan tetapi tidak lama kemudian dia pun menemui ajalnya.
Ketika menjelang maut, saya bertanya kepadanya, 'Engkau telah mengetahui
kondisi saya sebenarnya. Oleh sebab itu kepada siapa engkau memesankan saya?'
Dia
menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak menemukan ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita kecuali seorang di kota Amuriah yang bernama Polan,
carilah orang itu.' Saya pun mencarinya dan saya menceritakan kisah saya
kepadanya. Dia menjawab, 'Tinggallah bersama saya.' Saya pun tinggal bersama
dia. Ternyata memang dia orang baik seperti yang dikatakan orang sebelumnya.
Selama saya tinggal bersama dia saya berhasil mendapatkan beberapa ekor sapi
dan harta kekayaan lainnya.
Pendeta Kristen memesan Salman mengikuti
Nabi:
Kemudian
orang tersebut pun menemui ajalnya seperti yang sebelumnya. Ketika menjelang
kematiannya, saya mengatakan kepadanya, 'Anda mengetahui kondisi saya
sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa engkau akan pesankan saya atau apa
pesan Anda untuk saya lakukan?'
Dia
menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak menemukan seorang-pun di muka
bumi ini yang masih berpegang dengan agama kita, namun waktunya sudah tiba,
seorang nabi yang akan membawa agama Nabi Ibrahim akan muncul di tanah Arab,
dia akan hijrah dari tanah tumpah darahnya ke daerah yang penuh dengan pohon
kurma di antara dua gunung, dia mempunyai tanda kenabian yang sangat jelas, dia
mau memakan hadiah tapi tidak mau memakan sedekah, di antara bahunya terdapat
cap kenabian. Jika Anda bisa menyusul ke negeri itu, silakan.' Tidak lama
kemudian dia pun meninggal dunia, saya pun tinggal di kota Amuriah untuk
beberapa waktu.
Datang ke jazirah Arabia:
Ketika
rombongan pedagang dari Suku Kalb -Arab- lintas di Amuriah, saya berkata kepada
mereka, 'Jika kalian sanggup membawa saya ke tanah Arab, saya berikan kepada
kalian sapi dan harta kekayaan saya ini.' Mereka menjawab, 'Ya, kami sanggup membawa
kamu.' Saya pun memberikan sapidan kekayaan saya tersebut kepada mereka dan
mereka pun membawa saya.
Ketika saya
sampai di Wadil qura, mereka menipu saya dan menjual saya kepada kepada seorang
yahudi dan memperlakukan saya sebagai hambanya. Suatu ketika, saudaranya dari
suku Quraizah datang menemuinya, lalu dia membeli dan membawa saya pergi ke
Yasrib (Madinah). Di sana saya melihat pohon kurma yang disebut oleh teman saya
yang di Amuria, dari diskripsi yang disampaikan teman saya itu, saya tahu persis
bahwa inilah kota yang dimaksudkan itu. Saya pun tinggal brsama tuan saya di
kota itu.
Ketika itu
Nabi saw. sudah mulai mengajak kaumnya di Mekah untuk masuk Islam, namun saya
tidak mendengar apa-apa dari kegiatan Nabi itu karena kesibukan saya sehari-hari
sebagai budak.
Memeluk Islam:
Tidak berapa
lama, Rasulullah saw. pun hijrah ke Yasrib. Demi Allah ketika saya berada di
atas sebatang pohon kurma milik tuan saya, sedang memberesi kurma itu,
sedangkan tuan saya duduk dibawah, seorang saudaranya datang dan mengatakan
kepadanya, 'Celaka besar atas bani Qilah, mereka sekarang sedang berkumpul di
Kuba, menunggu seorang yang mengklaim dirinya sebagai seorang nabi akan datang
hari ini.'
Setelah saya
mendengar pembicaraan mereka itu, saya langsung merinding kayak demam, saya
gemetar, sehingga saya khawatir akan jatuh ke tuan saya. Saya segera turun dari
pohon kurma tersebut lalu mengatakan kepada tamu itu, 'Apa tadi yang Anda
katakan? Tolong ulangi katakan kepada saya!' Tuan saya langsung marah dan memukul
saya sekuat-kuatnya lalu mengatakan,
'Urusan apa
kamu dengan berita itu? Kembali teruskan pekerjaanmu!'
Di sore
harinya, saya mengambil sedikit kurma yang telah saya kumpulkan sebelumnya,
lalu saya berangkat ke tempat Nabi tinggal. Ketika itu saya mengatakan kepada
Rasulullah, 'Saya mendengar bahwa Anda adalah orang saleh, datang bersama
teman-teman dari kejauhan memerlukan sesuatu. Di tangan saya ada sedikit
sedekah, nampaknya kamu lebih pantas menerimanya.'
Lalu saya
dekatkan kurma itu kepada mereka. Rasulullah saw. mengatakan kepada para
Sahabat, 'Makanlah' sedangkan dia sendiri tidak memakannya. Saya mengatakan
dalam hati saya, 'Ini dia satu tanda kenabiannya.'
Kemudian
saya kembali ke rumah dan mengambil beberapa buah kurma, ketika Nabi saw.
berangkat dari Quba ke Madinah, saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya,
'Tampaknya Anda tidak memakan sedekah, ini ada sedikit hadiah saya bawa sebagai
penghormatan kepada Anda.'
Rasululullah
pun memakannya dan menyuruh sahabat untuk ikut memakannya, lalu mereka makan
bersama-sama.
Dalam hati
saya berkata, 'Ini dia tanda kenabian kedua'
Ketika Nabi
berada di Baqi Gargad, ingin menguburkan seorang sahabat, saya mendatangi
beliau dan melihat beliau sedang duduk memakai dua selendang. Saya mengucapkan
salam kepadanya, kemudian saya berjalan berputar sekeliling beliau untuk
melihat punggungnya, barang kali saja saya dapat melihat cap seperti yang
dikatakan oleh teman saya di Amuriah. Setelah Nabi melihat bahwa saya
memperhatikan punggung beliau, dia mengerti tujuan saya, lalu dia mengangkat
selendangnya, ketika itu saya melihat ada cap, lalu saya yakin bahwa itulah cap
kenabian, lalu saya memeluk dan mencium beliau sambil menangis.
Melihat hal
itu Rasulullah saw. bertanya, 'Apa gerangan yang terjadi pada kamu?' Saya pun
menceritakan kisah saya dan beliau sangat kagum dan beliau menginginkan agar
saya perdengarkan kepada para sabahat, lalu saya memperdengarkannya. Mereka
semua kagum dan gembira yang tiada taranya.
Salman masuk
Islam dan dimerdekakan, seterusnya menjadi seorang sahabat yang sangat mulia.
Dia sempat menjabat gubernur di zaman khulafaur Rasyidun di beberapa negeri.
Mudah-mudahan Allah meridai beliau.
Biografinya:
Dalam satu
riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah meletakkan tangannya di atas
Salman, lalu bersabda, 'Seandainya iman berada nun jauh di planet Tata surya,
pasti akan dicapai oleh orang-orang mereka ini.' sambil beliau menunjuk kepada
Salman r.a.
Cerita Motivasi
Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar
menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias
cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini
kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita
motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi
diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini
Cerita Motivasi
1. Inti Semua Kebijaksanaan
Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua
mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua
kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh
tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi
kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam
puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca
ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”
Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas
seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid.
“Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh
puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling
dasariah.
Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan
di dunia ini ke dalam hanya satu buku.
Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya.
Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia
hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap
bertahan adalah cinta.”
2. Janganlah Memaksa
Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan
pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu
mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya
dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya
secara paksa.
“Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan
mencoba mengajarimu.”
Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian.
Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan
kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si
anak.
“Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek,
“Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”
3. Melawan Diri Sendiri
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan
atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah
pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan,
dan semua beban yang menambat diri di tempat start.
Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna.
Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam.
Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin
diraih lewat niat yang ternoda.
Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal
karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk
memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan
menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia
mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri.
Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain.
Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan
orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri.
4. Kepercayaan Diri
Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan
diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita
percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera
seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh
fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai
seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan
pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin
perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab
persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai?
Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti
itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang
kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas.
Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang
mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda
percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran
dan kehalusan budi anda.
5. Kitalah yang menciptakan masalah
Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media
cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal
pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak
memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di
Jakarta.
Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan
pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya
malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban
dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri
seolah disibukkan urusan kantor.
‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual
itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat
tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong
istrimu di rumah.” Ia menyarankan.
Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak
istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya.
Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus
kehambaran rumah tangganya.
Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah
menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati.
Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak
di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi
menerima pengakuan dosa” itu.
Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika
disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari
mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda
habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain
melahirkan kebohongan demi kebohongan.
Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini.
Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau
bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja
aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.”
Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick
balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di
rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar
tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa
“takdir”tersendiri.
Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah
mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah
seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat
kebenaran dari satu sisi saja.”
Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari
kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi
merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita
bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan
masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak.
Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat
hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan
pilihan.
6. Kelenturan Sikap
Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan
pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh
benar.
Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan
mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri
agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar.
Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat,
atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan
keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda
terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap.
Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan
untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap
bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka
anda menemukan separuh benar yang lain. Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Cerita Motivasi
Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar
menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias
cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini
kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita
motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi
diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini
Cerita Motivasi
1. Inti Semua Kebijaksanaan
Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua
mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua
kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh
tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi
kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam
puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca
ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”
Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas
seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid.
“Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh
puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling
dasariah.
Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan
di dunia ini ke dalam hanya satu buku.
Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya.
Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia
hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap
bertahan adalah cinta.”
2. Janganlah Memaksa
Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan
pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu
mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya
dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya
secara paksa.
“Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan
mencoba mengajarimu.”
Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian.
Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan
kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si
anak.
“Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek,
“Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”
3. Melawan Diri Sendiri
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan
atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah
pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan,
dan semua beban yang menambat diri di tempat start.
Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna.
Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam.
Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin
diraih lewat niat yang ternoda.
Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal
karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk
memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan
menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia
mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri.
Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain.
Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan
orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri.
4. Kepercayaan Diri
Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan
diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita
percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera
seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh
fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai
seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan
pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin
perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab
persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai?
Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti
itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang
kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas.
Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang
mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda
percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran
dan kehalusan budi anda.
5. Kitalah yang menciptakan masalah
Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media
cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal
pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak
memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di
Jakarta.
Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan
pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya
malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban
dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri
seolah disibukkan urusan kantor.
‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual
itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat
tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong
istrimu di rumah.” Ia menyarankan.
Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak
istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya.
Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus
kehambaran rumah tangganya.
Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah
menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati.
Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak
di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi
menerima pengakuan dosa” itu.
Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika
disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari
mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda
habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain
melahirkan kebohongan demi kebohongan.
Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini.
Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau
bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja
aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.”
Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick
balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di
rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar
tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa
“takdir”tersendiri.
Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah
mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah
seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat
kebenaran dari satu sisi saja.”
Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari
kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi
merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita
bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan
masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak.
Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat
hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan
pilihan.
6. Kelenturan Sikap
Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan
pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh
benar.
Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan
mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri
agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar.
Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat,
atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan
keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda
terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap.
Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan
untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap
bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka
anda menemukan separuh benar yang lain.
semoga bermanfaat cerita motivasi ini
Mampir Kesini, Cara Membuat Blog - kata mutiara - cerita lucu- zodiak -
contoh surat lamaran kerja
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori cerpen dengan judul
Cerita Motivasi Penyemangat Hidup. Anda bisa bookmark halaman ini dengan
URL http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html. Terima
kasih!
Description: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Rating: 4.5 Reviewer: Cak
Nun - ItemReviewed: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup
Category Article cerpen
Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Cerita Motivasi
Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar
menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias
cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini
kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita
motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi
diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini
Cerita Motivasi
1. Inti Semua Kebijaksanaan
Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua
mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua
kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh
tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi
kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam
puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca
ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”
Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas
seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid.
“Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh
puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling
dasariah.
Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan
di dunia ini ke dalam hanya satu buku.
Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya.
Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia
hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap
bertahan adalah cinta.”
2. Janganlah Memaksa
Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan
pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu
mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya
dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya
secara paksa.
“Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan
mencoba mengajarimu.”
Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian.
Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan
kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si
anak.
“Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek,
“Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”
3. Melawan Diri Sendiri
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan
atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah
pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan,
dan semua beban yang menambat diri di tempat start.
Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna.
Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam.
Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin
diraih lewat niat yang ternoda.
Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal
karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk
memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan
menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia
mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri.
Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain.
Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan
orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri.
4. Kepercayaan Diri
Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan
diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita
percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera
seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh
fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai
seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan
pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin
perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab
persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai?
Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti
itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang
kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas.
Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang
mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda
percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran
dan kehalusan budi anda.
5. Kitalah yang menciptakan masalah
Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media
cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal
pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak
memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di
Jakarta.
Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan
pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya
malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban
dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri
seolah disibukkan urusan kantor.
‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual
itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat
tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong
istrimu di rumah.” Ia menyarankan.
Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak
istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya.
Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus
kehambaran rumah tangganya.
Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah
menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati.
Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak
di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi
menerima pengakuan dosa” itu.
Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika
disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari
mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda
habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain
melahirkan kebohongan demi kebohongan.
Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini.
Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau
bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja
aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.”
Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick
balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di
rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar
tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa
“takdir”tersendiri.
Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah
mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah
seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat
kebenaran dari satu sisi saja.”
Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari
kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi
merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita
bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan
masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak.
Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat
hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan
pilihan.
6. Kelenturan Sikap
Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan
pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh
benar.
Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan
mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri
agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar.
Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat,
atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan
keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda
terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap.
Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan
untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap
bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka
anda menemukan separuh benar yang lain.
semoga bermanfaat cerita motivasi ini
Mampir Kesini, Cara Membuat Blog - kata mutiara - cerita lucu- zodiak -
contoh surat lamaran kerja
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori cerpen dengan judul
Cerita Motivasi Penyemangat Hidup. Anda bisa bookmark halaman ini dengan
URL http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html. Terima
kasih!
Description: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Rating: 4.5 Reviewer: Cak
Nun - ItemReviewed: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup
Category Article cerpen
Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Cerita Motivasi
Penyemangat Hidup adalah kata mutiara untuk memberi semangat hidup agar
menjadi lebih baik untuk kedepan. kali ini akan membagi cerpen alias
cerita pendek yang memberi motivasi ketika membaca artikel ini
kata kata mutiara ini di ambil dari internet. Berikut kumpulan cerita
motivasi dan artikel yang berkaitan dengan motivasi dapat menginspirasi
diri maupun penyemangat diri ketika membaca cerita motivasi ini
Cerita Motivasi
1. Inti Semua Kebijaksanaan
Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua
mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua
kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh
tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi
kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam
puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca
ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”
Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas
seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid.
“Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh
puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling
dasariah.
Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan
di dunia ini ke dalam hanya satu buku.
Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya.
Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia
hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap
bertahan adalah cinta.”
2. Janganlah Memaksa
Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan
pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu
mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya
dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya
secara paksa.
“Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan
mencoba mengajarimu.”
Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian.
Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan
kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si
anak.
“Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek,
“Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”
3. Melawan Diri Sendiri
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan
atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah
pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan,
dan semua beban yang menambat diri di tempat start.
Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna.
Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam.
Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin
diraih lewat niat yang ternoda.
Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal
karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk
memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan
menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia
mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri.
Ia bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain.
Karenanya, ia tak perlu bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan
orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri.
4. Kepercayaan Diri
Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan
diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita
percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera
seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh
fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai
seperti lilin terkena panas. Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan
pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin
perasaan kita? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab
persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut kita percayai?
Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti
itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang
kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas.
Dan hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang
mampu merengkuh menyatukan anda. Diri itulah yang patutnya anda
percayai, karena ia mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran
dan kehalusan budi anda.
5. Kitalah yang menciptakan masalah
Masalah rumah tangga memang tidak pernah habis di kupas, baik di media
cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. “Dari soal
pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak
memenuhi kebutuhan biologis istri.” Ujar seorang konsultan spiritual di
Jakarta.
Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan
pertambahan usia, plus karir istri yang menanjak, kehidupa perkawinannya
malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban
dan keceriaan yang dulu dipunya keluarga ini hilang sudah. Si istri
seolah disibukkan urusan kantor.
‘Apa yang harus aku lakukan,” ungkapan pria ini. Konsultasi spiritual
itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib shalat
tahajud dan sujud shalat syukur. “Coba lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan, Insya Allah masalahanya terang. Setelah itu, kamu ajak omong
istrimu di rumah.” Ia menyarankan.
Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak
istrinya. “Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran,” katanya.
Istriny tidak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus
kehambaran rumah tangganya.
Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah
menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati.
Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depanya tidak
di sentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi
menerima pengakuan dosa” itu.
Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tidak bergairah jika
disentuh. Pantas saja, suatu malam istrinya pura-pura tidur sembari
mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal—pertanda
habis dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, yang antara lain
melahirkan kebohongan demi kebohongan.
Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini.
Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau
bahkan, lebih pahit dari itu. Hti pria ini seakan menuntut, “Kalau saja
aku tidak menuntut nasihatmu, tentu masalahnya tidak separah ini.”
Si konsultan yang dituding, “Ikut menjebloskan dalam duka.” Meng-kick
balik. “Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di
rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekedar
tempat. Tidak lebih. Tapi, dimata si paranormal, tempat membawa
“takdir”tersendiri.
Dan itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah
mencatatkan sejarah tersendiri. Maka jalan terbaik menyikapinya adalah
seperti dikatakan orang bijak, “Jangan membiasakan diri melihat
kebenaran dari satu sisi saja.”
Kayu telah menjadi arang. Kita tidak boleh melarikan diri dari
kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi bisa jadi
merupakan bagian dari perilaku kita jua. “Kita selalu lupa bahwa kita
bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan
masalah, kita pula yang harus meyelesaikannya.” Kata orang bijak.
Pahit getir, manis asam, asin hambar, itu sebuah resiko. Memang kiat
hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan
pilihan.
6. Kelenturan Sikap
Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan
pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh
benar.
Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan
mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri
agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar.
Namun, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat,
atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan
keras. Ada banyak hal yang tak bisa anda terima, namun harus anda
terima. Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap.
Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan
untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap
bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka
anda menemukan separuh benar yang lain.
semoga bermanfaat cerita motivasi ini
Mampir Kesini, Cara Membuat Blog - kata mutiara - cerita lucu- zodiak -
contoh surat lamaran kerja
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori cerpen dengan judul
Cerita Motivasi Penyemangat Hidup. Anda bisa bookmark halaman ini dengan
URL http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html. Terima
kasih!
Description: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup Rating: 4.5 Reviewer: Cak
Nun - ItemReviewed: Cerita Motivasi Penyemangat Hidup
Category Article cerpen
Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/10/cerita-motivasi.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar